Tonic Immobility, sering disebut sebagai keadaan “membeku”, adalah fenomena psikologis yang dapat terjadi pada korban selama pelecehan. Ini merupakan respons tubuh yang tidak disengaja dan terjadi sebagai mekanisme pertahanan dalam situasi yang sangat menakutkan atau traumatis. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi ini, bagaimana ia mempengaruhi korban, dan implikasinya dalam pemahaman kita tentang trauma pelecehan.
Pengertian Tonic Immobility
Tonic Immobility adalah respons fisiologis dan psikologis yang terjadi ketika. Seseorang menghadapi ancaman yang sangat menakutkan dan merasa tidak ada jalan keluar. Dalam kondisi ini korban mengalami kekakuan otot dan merasa tidak mampu bergerak atau berbicara. Ini sering disalahartikan sebagai persetujuan atau kepasifan oleh pelaku. Namun sebenarnya merupakan respons tak sadar yang dilakukan tubuh untuk melindungi diri dari trauma lebih lanjut.
Mekanisme Pertahanan Tubuh Atau Tonic Immobility
Ketika menghadapi ancaman, tubuh manusia biasanya bereaksi dengan “fight, flight, or freeze” (bertarung, melarikan diri, atau membeku). Tonic Immobility adalah bagian dari respons “freeze” ini. Ini terjadi ketika tubuh menyadari bahwa bertarung atau melarikan diri bukanlah pilihan yang layak. Hormon stres seperti adrenalin dilepaskan, tetapi alih-alih mempersiapkan tubuh untuk bertarung atau melarikan diri, mereka membuat tubuh ‘membeku’.
Baca Juga : Bunda Hadapi Mom Shaming dengan 3 Cara Ini
Pengaruh Terhadap Korban
Pengalaman Tonic Immobility dapat sangat traumatis bagi korban. Mereka sering merasa bersalah atau malu karena tidak ‘bertindak’ selama insiden tersebut. Banyak korban melaporkan merasa terlepas dari tubuh mereka atau merasa tidak nyata selama episode ini, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pemrosesan dan pemulihan dari trauma tersebut.
Implikasi dalam Hukum dan Masyarakat
Pemahaman tentang Tonic Immobility sangat penting dalam konteks hukum dan sosial. Terutama dalam kasus pelecehan seksual korban yang mengalami kondisi ini sering kali. kesulitan untuk diakui dalam sistem hukum karena kurangnya perlawanan fisik bisa disalahartikan sebagai persetujuan. Edukasi tentang Tonic Immobility bisa membantu mengubah cara pandang masyarakat dan sistem peradilan terhadap korban pelecehan, mengakui bahwa tidak adanya perlawanan bukan berarti persetujuan.
Penanganan dan Dukungan untuk Korban
Penting bagi korban yang mengalami Tonic untuk mendapatkan dukungan yang tepat. Terapi trauma-sensitif dapat membantu mereka memproses pengalaman mereka dan mengatasi dampak psikologisnya. Mendidik korban tentang kondisi ini juga bisa sangat membantu, memungkinkan mereka untuk memahami bahwa reaksi mereka adalah respons alami dan bukan sesuatu yang harus mereka rasakan bersalah. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental juga krusial dalam proses pemulihan.
Kesimpulan
Tonic Immobility adalah fenomena yang kompleks dan sering disalahpahami, yang bisa memiliki dampak yang mendalam pada korban pelecehan. Memahami kondisi ini tidak hanya penting untuk korban dalam proses pemulihan mereka. Tetapi juga untuk masyarakat dan sistem hukum dalam menangani kasus pelecehan. Dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang Tonic. Kita dapat membantu mendukung korban dan mengubah cara kita menanggapi trauma pelecehan.
1 comment
[…] Baca Juga : Tonic Immobility: Kondisi ‘Membeku’ Korban Selama Pelecehan […]
Comments are closed.